(Foto: thinkstock)
Para peneliti dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg meneliti hubungan antara otonomi perempuan menikah dan keteraturan hubungan seksualnya.
Mereka menemukan bahwa perempuan yang lebih banyak diposisikan membuat keputusan lebih jarang melakukan hubungan seksual.
Peneliti Profesor Michelle Hindin mengatakan ada sebuah pola yang sangat konsisten dalam pengamatan terhadap enam negara yang disurvei.
"Makin banyak keputusan yang diambil oleh perempuan sendiri dibandingkan keputusan yang diambil bersama, makin kecil kemungkinan ia melakukan hubungan seks dan semakin lama sejak dia terakhir kali melakukan hubungan seksual," kata Profesor Hindin seperti dilansir The Telegraph, Senin (26/9/2011).
Para peneliti menganalisis data survei di Ghana, Malawi, Mali, Rwanda, Uganda dan Zimbabwe yang meminta peserta survei menunjukkan hari, minggu, bulan dan tahun terakhir kali mereka melakukan hubungan seksual
Peserta survei juga diminta menunjukkan siapakah dalam rumah tangga yang biasanya memutuskan hal-hal sebagai berikut perawatan kesehatan, pembelian sebagian besar alat-alat rumah tangga, pembelian kebutuhan sehari-hari rumah tangga dan kunjungan kepada keluarga dan teman-teman.
Peneliti juga memeriksa faktor-faktor sosio-demografis yang mungkin berhubungan seperti usia, kekayaan, kedudukan suami dan istri, tempat tinggal suami, dan durasi perkawinan.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa mayoritas perempuan yang berpartisipasi dalam survei ini melakukan hubungan seksual terakhir kali pada bulan lalu. Sedangkan untuk pria, membuat keputusan sendiri tidak berkaitan dengan dengan periode hubungan seks.
"Posisi perempuan dalam rumah tangga mempengaruhi aktivitas seksual mereka dan dapat menjadi bagian penting dalam melindungi hak-hak seksual perempuan serta membantu mereka mencapai kehidupan seksual yang aman dan menyenangkan," kata asisten penulis penelitian Carie Muntifering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar