Social Icons

Pages


Kamis, 07 Mei 2009

MANOHARA PINOT, RANI JULIANI, DAN WANITA-WANITA SIMBOL TONGGAK PERADABAN


Manohara Odelia Pinot Dan Rani Juliani dua nama yang berbeda, dua sosok yang berbeda, dua kasus yang berbeda tetapi memiliki satu persamaan yaitu namanya melejit dan terkenal bagai roket dari media dengan kisah yang dibawanya..bisa menjadi berita hangat serta gosip panas di Indonesia tercinta ini dan menjadikan nama mereka populer .

Dua sosok wanita ini menjadi pembicaraan dan menjadi artikel ribuan situs di internet, termasuk Blog saya tentunya.

Pembahasan berikut bukanlah merupakan lanjutan dari kisah di atas, namun sedapat mungkin dapat menjadi pencerahan bagi para wanita khususnya, agar kasus yang serupa tidak akan terulang lagi.

Dirimu adalah wanita hamba Allah, yang tercipta dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Engkau memiliki karakter kehalusan dan kelembutan yang mendominasi kehidupanmu.
Maka apa yang ada dalam dirimu harus kau jaga, karena itulah fitrahmu.
Namun juga perlu engkau ketahui bahwa Islam telah memuliakanmu dengan memberikan perhatian serius akan eksistensi dirimu. Bahkan saking seriusnya para ulama menulis buku khusus untukmu, fiqih wanita.
Mengapa ? karena di satu sisi engkau adalah salah satu pilar penegak ummat dan di sisi lain engkau adalah penghuni mayoritas di dalam neraka. Itulah peranmu yang sedemikian besar bagi ’hitam putih’nya peradaban manusia.
Orang-orang terkadang memandang keberadaanmu, Wahai wanita, dengan aneka macam. Mereka memandangmu dengan dholim, tidak adil, tidak proporsional.
Ada yang menghinakanmu, yaitu menganggap dirimu hanyalah sebagai pelayan laki-laki. Ada juga yang mendewakanmu, memuja dan memujimu, untuk kemudian pada akhirnya juga hanya sebagai pelampiasan untuk memuaskan nafsu syahwat. busyet dah .
Bahkan ada juga yang menyamaratakanmu dengan laki-laki, padahal jelas berbeda antara wanita guna ’menuntut’kan sebagian hakmu. Ini sebenarnya hanyalah sebagai kedok belaka untuk meng’goal’kan gagasan dan pemikiran mereka yang keluar dari fitrah, dari Islam.
Satu propaganda manis mereka tawarkan untuk mengelabuimu dan merusak citra dirimu. Dibungkus dengan kata-kata manis ’emansipasi’ atau dengan propaganda ’feminisme’ . Puncaknya adalah untuk menjauhkanmu dari Allah, Rabbmu dan Rabb kita semua.
Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Rabbnya, demikianlah salah satu kata ungkapan Ali bin Abi Thalib RA. Berikut syair Nasri-i-Khusrau, yang dimuat dalam majalah ’Horison”,XIV/317 ;

Kenali dirimu
Kalau kau pahamidirimu sendiri,
Kau akan memisahkan yang kotor dari yang suci
Pertama. Akrablah dengan dirimu
Kemudian jadilah pembimbing seluruh lingkunganmu
Kalau kau kenal dirimu, kau akan mengetahui segalanya
Kalau kau pahami dirimu, kau akan terlepas dari bencana
Kau tak tahu nilaimu sendiri
Sebab kau tetap begini
Akan kau lihat Tuhan,
Kalau kau lihat dirimu sendiri


Langit yang tujuh dan bintang yang tujuh adalah budakmu
Namun, kasihan, kau tetap membudak pada ragamu
Jangan pusingkan kenikmatan hewani,
Kalau kau jadi pencari berkah surgawi
Jadilah manusia sejati
Tinggallah tidur dan pesta ria
Tempuhlah perjalanan batin seperti pertapa
Apa pula tidur dan makan-makan?
Itulah urusan binatang buas
Dengan ilmu jiwamu bertunas
Jagalah sekarang juga
Sudah berapa lama kau tidur?

Pandanglah dirimu sendiri
Kau sesungguhnya luhur
Renungkan, coba pikirkan dari mana kau datang?
Dan kenapa kau dalam penjara ini sekarang?
Jadilah penentang berhala bagai Ibrahim yang pemberani
Ada maksud kau dicipta serupa ini
Sungguh malu kalau kau telantarkan maksud penciptaanmu itu.

Ketika kaum wanita Barat menyerukan emansipasi, kaum wanita Timur terkejut dan terpana. Tanpa sadar mereka berucap ; ya emansipasi. Emansipasi macam apa? Emansipasi dalam pengertian bebas seperti pria dalam memperoleh pekerjaan dan uang, bukan mencuci, memasak, meladeni suami, dan mengurus anak. Ya, emansipasi seperti itu. Walaupun harus mengorbankan segalanya : naluri kewanitaan, suami, anak, rumah tangga? Tentu tidak. Tennyson, seorang penyair Barat, mengungkapkan itu dalam syairnya :

Bunga di sela tembok tua
Aku cabut kau dari sana,
Kugenggam kau di sini, sebagian dan semuanya,
Dalam tanganku
Bunga yang kecil, andaikan aku dapat mengerti
Apa sebetulnya kau, sebagian dan semuanya,
Aku akan tahu apa itu Tuhan dan manusia.


Dan wanita islam pun kini mirip dengan itu. Ketika ia tumbuh dalam lingkungan tradisi, dia tidak tahu bahwa di balik temboknya terbentang padang luas kebebasan dan pandangan yang jauh melayang. Lalu, tangan-tangan budaya Barat merenggut jiwa-jiwa mereka, mencabik-cabik pakaian Islam mereka. Mereka tak memiliki kekuatan apapun untuk menahannya. Karena mereka tidak tahu bahwa di balik tradisi ada nilai-nilai hikmah Islam yang terhalang, maka mereka tidak melihat alternatif lain, selain mengiakan tawaran Barat, sehingga mereka pun pada akhirnya turut mengecam Islam sebagai agama yang kuno dan kolot dan tidak memberi kebebasan. Padahal tradisi yang berkedok Islam itulah yang telah memasung mereka, dan bukan Islam.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW, bersabda,” Ada empat orang wanita yang paling mulia di dunia, mereka adalah Asiah isteri Fir’aun, Maryam ibunda Isa as, Khadijah dan Fathimah.

ASIAH, hidup bersama suaminya Fir’aun, namun wanita yang telah disebut dalam Al-Qur’an sebagai wanita yang beriman dan patut menjadi teladan bagi kaum wanita lainnya ini, tidak pernah sedikitpun beranggapan bahwa Fir’aun adalah tuhannya. Dan ia, dengan perasaan kewanitaanya yang halus, mengetahui semua permasalahan yang menjadi penyebab terbentuknya sifat-sifat buruk suaminya itu. Meski ia tak mampu mengubah keburukan-keburukan itu, namun ia tidak pula terhanyut kedalamnya.

MARYAM, seorang wanita yang telah mencapai derajat keimanan yang tinggi, sehingga malaikat sering mengunjunginya ketika ia sedang dalam kekhusukan ibadahnya, dan berbicara dengannya. Dia memperoleh rezekinya setiap hari dari sumber yang gaib. Ia telah mampu mencapai keridhaan ilahi sedemikian rupa sehingga mencengangkan seorang Nabi pengasuhnya, Zakaria as. Dia dipilih bagi kemujizatan Nabi suci Isa as yang lahir tanpa campur tangan seorang ayah, mujizat kedua setelah kelahiran Adam dan Hawa tanpa seorang ibu dan Ayah.

KHADIJAH, seorang wanita yang berjiwa besar menjadi tulang punggung dan pengobar semangat suaminya Nabiullah Muhammad SAW dalam setiap dakwahnya, yang dari rahimnya lahir seorang wanita mulia lainnya FATIMAH. Sosok ibu dan anak yang bergantian mendampingi Nabi Muhammad SAW, bahu membahu untuk menegakkan agama tauhid. Mereka hidup pada abad ketujuh Hijriah, sekitar empat belas abad yang lampau.

Masihkah ada sosok wanita seperti itu di jaman sekarang ini?

Sumber Bacaan :
Wanita Islam menjelang Tahun 2000, Ibnu Musthafa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Blogger Templates