Social Icons

Pages


Tampilkan postingan dengan label Pencerahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pencerahan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Oktober 2010

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT



Orang umumnya ingin mengetahui apa yang membuat mereka sakit, bagaimana penyakit mengambil alih sepenuhnya tubuh mereka, apa yang menyebabkan demam, kelelahan mendalam, rasa nyeri di tulang dan sendi, serta proses apa yang terjadi dalam tubuh mereka selama sakit.


Seperti halnya saya hari ini, ketika terbangun oleh sapaan isteri untuk berjamaah subuh, rasanya ada sesuatu yang tidak lazim yang saya rasakan. Tubuh saya rasanya lunglai dan sakit bila digerakkan, namun saya berupaya untuk bangkit menunaikan shalat subuh.

Usai shalat subuh saya berdoa dan pikiran saya menerawang tentang apa yang telah saya lakukan belakangan ini sehingga kemungkinan membuat tubuh saya serasa kehilangan energi. Mulai dari kesibukan pelaksanaan ujian nasional, penerimaan siswa baru, MOS dan penyusunan jadwal pelajaran yang telah menyita waktu dan pikiran saya, sehingga waktu untuk beristirahat agak terabaikan ditambah lagi kegiatan ngeblog yang sudah menjadi kebutuhan saya setahun terakhir. Namun kegiatan yang terakhir ini saya segera eliminasi dari pikiran saya sebagai penyebab menurunnya kondisi tubuh saya.

Namun saya enggan mendramatisasi realitas yang terlintas dalam pikiran saya, karena saya takut jangan sampai akan berkembang menjadi semakin parah dan menegangkan.

Saya mencoba untuk tidak memunculkan sugesti yang nantinya akan menjadi buah pikiran yang lebih mengerikan dari kondisi sebenarnya, karena saya tahu bahwa bila terjadi kesalahan cara berpikir dalam memahami hikmah dari suatu kondisi tubuh yang rasanya tidak dalam keadaan sehat, malah akan memunculkan kesalahan dalam menyikapinya yang berdampak pada pemikiran yang lebih menderita dari kenyataan yang sebenarnya.

Saya pernah mendengar sebuah pencerahan dari seorang Udztads terkenal bahwa ;
Bila sikap mental kita merasakan kondisi tubuh yang menurun haruslah dijauhkan dari pikiran yang negatif karena pada dasarnya hanya akan menggiring kita pada sugesti yang lebih parah.


Memang benar bahwa badan kita haruslah tetap sehat, karena hanya dengan badan yang sehatlah gera hidup kita akan menjadi lancar. Kalaupun tubuh kita harus sakit, suatu saat nanti, maka hati kita harus tetap berfungsi dengan baik.

Kita harus yakin bahwa hidup kita akan selalu dipergilirkan. Boleh jadi sekarang kita sehat, tetapi esok hari kita sakit. Ini adalah sebuah keniscayaan. Kita harus yakin bahwa segala yang ada dan yang terjadi di dunia ini, ada dalam genggaman Tuhan.

Kalaupun Tuhan menghendaki kita sakit, itu adalah hal yang wajar, karena tubuh kita adalah milik-Nya. Kenapa kita harus kecewa atau protes ? Ibarat seseorang menitipkan barang miliknya kepada kita. Kita harus yakin bahwa suatu saat pasti akan diambil kembali, dan sangat tidak layak bila kita menahannya.

Alangkah baiknya bila kita memilih ridha saja dalam menerima semua yang terjadi. Segala kekecewaan, penyesalan dan keluh-kesah, sama sekali tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Tugas kita hanyalah ridha akan ketentuan-Nya dan berikhtiar seoptimal mungkin untuk mengobati penurunan kondisi tubuh yang kita alami.

Kita harus yakin bahwa Tuhan sangat adil dan bijaksana dalam menentukan sesuatu hal bagi makhluk-Nya. Tuhan Maha tahu akan keadaan tubuh kita. Semua yang ditimpakan kepada kita sudah diukur dengan sangat sempurna dan mustahil ’over dosis’.

Dengan sakit, kita dapat terhindar dari kemaksiatan yang mungkin akan kita lakukan dalam keadaan sehat.
Dengan sakit, kita akan menyadari betapa penting dan mahalnya harga kesehatan yang sering kali kita sia-siakan ketika sehat.

Sesungguhnya nikmat yang tiada ternilai dari Allah SWT yang terkadang kita lupa untuk mensyukurinya adalah nikmat kesehatan.


Sabtu, 09 Oktober 2010

Inilah 6 MACAM TIPE ISTERI


"Ada uang Abang disayang, tak ada uang Abang ditendang".
Sindiran dari lagu Lucy Rahmawati diatas nampaknya masih relevan. Banyak menghiasi ketika rumah tangga diterpa angin, apalagi puting beliung, bisa-bisa meluluhlantakkan rumah tangga.

Seorang isteri akan menyayangi suami, ketika kantongnya tebal. Sebaliknya, akan menjadi bencana bila tongpes alias kantong kempes apalagi bila kanker alias kantong kering, suami baru boleh pulang kalau kantongnya sudah tebal. Busyet dah.........

Tidak sedikit pula seorang isteri memperlakukan mertua beda dengan orangtuanya sendiri. Ketika seorang suami dituntut untuk berbakti kepada kedua orang tua. Pada saat yang sama, ada saja isteri yang mengusik mertuanya.

Pada kasus lain adalah cemburu yang berlebihan sehingga mengubah kehidupan keluarga tak ubahnya neraka yang mengerikan. Perkara sepele, misal suami menghapus SMS atau menerima telepon dengan suara pelan. Sampai dengan kebiasaan suami bepergian keluar kota pun dicurigai karena ada persinggahan baru. Padahal tak tampak sedikitpun dari suami tanda-tanda adanya wanita idaman lain atau WIL.

Dari survey yang dilakukan oleh Team Majalah Nabila yang menjadi sumber rujukan menulis postingan ini, dari beberapa orang isteri yang tersebar dibeberapa kota besar di Indonesia sebagai sampel, dapat disimpulkan bahwa ada 6 (enam) tipe isteri, yaitu :

Pertama, Isteri yang bertipe dominan. Tipe ini mempunyai kecenderungan mengatur suami, andil yang sangat besar dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga, dalam hal pendidikan anak pun isteri dominan, misalnya saja dalam memilih sekolah.

Kedua, Isteri yang bertipe penurut. Tipe ini cenderung istilah orang Sunda kumaha suami wae, tidak banyak menuntut atau istilah jawanya nrimo , dan kendali rumah tangga sepenuhnya berada di pihak suami, hormat pada suami dan menariknya lagi, isteri penurut sangat menghargai jerih payah suami, care dan sayang.

Ketiga, Isteri yang bertipe pembangkang. Tipe ini biasanya walau tidak semuanya dicirikan oleh isteri yang punya penghasilan sendiri, sangat terbuka terhadap gaya hidup baru, mempunyai pengalaman masa lalu yang buruk seperti pendidikan orangtua yang sangat keras dan kasar atau faktor turunan dan maunya menang sendiri.

Keempat, Isteri yang bertipe lapang dada. Isteri yang bertipe ini paling enak. Ia mudah memaafkan bila suami berbuat salah, nrimo baik buruknya perlakuan suami, terlibat aktif bersama suami dalam suka dan duka, tidak banyak protes atas nafkah yang diberikan suami, penyabar dan tidak banyak menuntut.

Kelima, Isteri yang bertipe pencemburu. Tipe ini memang bumbunya percintaan. Hubungan suami isteri tanpa adanya rasa cemburu bagaikan sayur tak bergaram. namun, jadi masalah bila cemburu itu kebablasan atau kata orang cemburu buta. Cemburu buta akan menyalakan buruk sangka dan keraguan sehingga akan mengubah kehidupan suami isteri tak ubahnya neraka yang mengerikan.

Keenam, Isteri yang bertipe penuntut. Tipe ini biasanya cenderung tenggelam dalam khayalan yang berlebihan dalam menuntut kesempurnaan, serba mudah seolah hidup ini tanpa beban dan rintangan, mudah terpengaruh oleh gaya hidup glamour baik yang dipertontonkan melalui media maupun para tetangga atau teman, dan payahnya lagi, isteri penuntut ternyata kurang menghargai dan menghormati suami.

Dari keenam tipe ini, ternyata sangat susah bila isteri mempunyai tipe yang sama dengan suaminya. Sebut saja isteri dominan yang ternyata suaminya juga bertipe dominan. Kita tidak bisa membayangkan bila isteri bertipe pembangkang bertemu dengan suami yang juga bertipe sama. Demikian juga bila suami isteri sama-sama bertipe pencemburu. Kecuali bila keduanya bertipe penurut atau lapang dada, tentu saja rumah tangga terasa adem ayem.

Kendati demikian, segala suatunya dengan saling pengertian semua tipe di atas bukanlah sebuah harga mati yang tidak dapat diubah.

"Sesuatu yang paling agung adalah wanita yang membesarkan sifat kemanusiaan seseorang dan bukan membesarkan sifat kebinatangannya. Sekalipun ini dipandang oleh banyak orang sebagai keindahan, tapi hakikatnya adalah keburukan. Karena itu, terangnya lagi, orang yang memiliki keimanan yang benar hendaklah hidup pada apa yang baik bagi manusia dan bukanlah yang disepakati oleh manusia" (ar-Rafi'i dalam Wahyu al-Qalam 2/251)



Sabtu, 25 September 2010

SAINS DAN KESADARAN SPIRITUAL

Albert Einstein yang hidup sekurun waktu dengan relativitas Eddington, H.A.Lorenz, dan Willem de Sitter pernah berkata bahwa yang namanya kreatifitas itu muncul dii titik pusat gravitasi kesadaran emosional manusia.
Tentu saja perkataan semacam itu nyaris menggebrak nyali para pengritus ilmu materialisma Barat yang memuja rasio sebagai cikal bakalnya ilmu.
Gebrakan yang membangunkan kesadaran baru itu mengatakan bahwa tenaga rasio yang selama ini terpuja sebagai rohnya ilmu, ternyata Cuma sekedar alat bantu belaka bagi proses pembuktian dan penajaman dari pengertian-pengertian baru yang muncul dari ‘kemampuan intuitif’


Selanjutnya menurut kreator Einstein, kreatifitas ilmiah menjelma berkat kemampuan ‘ekstralogika’ yang nonrasional, seperti juga pendapat seorang fisikawan nuklir Victor F. Weisskof bahwa sains memiliki akar dan asal di luar pikiran yang rasional.

Bagi para ‘kuli’ otak yang bermandi keringat di gurun-gurun ilmu yang kering kerontang nilai, pendapat tersebut begitu mengejutkan, menyambar kesadaran usang bak gledek di siang bolong, kendati sang matematikus Goedel dengan teorema Goedelnya masih lemah lembut menegaskan kembali bahwa sains Cuma mungkin hadir sebagai kerangka keilmuan yang sifatnya malahan ’nonilmiah’ !, Sekilas kedengarannya aneh bin unik, namun sang matematikus yang kesadaran ilmunya semakin jernih itu telah berhasil membuktikan bahwa suatu sistem aksioma mustahil mampu berdiri sendirian. Guna membuktikan kebenarannya, mau tidak mau toh kita memerlukan pengetahuan dari sistem aksioma tersebut.

Perlu disadari benar bahwa setiap kegiatan ilmiah tidak mungkin terhindar dari pelukan pengalaman manusiawi dalam areal yang lebar.
Apa landasan sains yang non ilmiah itu ? Tak lain adalah ’keyakinan’ setiap ilmuwan bahwa kebenaran ilmiah itu ’dipercayai’ sebagai hal yang relevan dan berguna.

Para ilmuwan di seantero jagat ini, yang mengaku dirinya merdeka, dalam artian telah tak rela membeo terhadap dogmatika ilmu yang konvensional, telah mulai sadar bahwa gugus emosional itu sebenarnya berlaku sebagai prakondisi karsa pencarian kebenaran ilmiah itu sendiri. Maka semakin lama semakin terkuaklah bahwa dalam sains sendiri ternyata termaktub aspek emosional dan non rasional sehingga gamblanglah bahwa intuisi dan daya yang irrasional sekalipun memiliki peran yang tak pantas disepelekan begitu saja dalam penelitian ilmu.
Bukankah setiap insan peneliti ilmu manapun akan diliputi rasa haru tatkala dalam benaknya menjelma pengertian baru? Siapa pula orang tak akan beremosi tinggi tatkala menjumpai temuan-temuan baru dalam alam yang penuh teka-teki ini ?

Sebelum Dr. Russel Cannon menemukan galaksi Carina Kerdil lewat teleskop Schmidt-nya yang selalu dipeluknya tatkala langit jernih di malam hari, dirinya senantiasa digeluti semacam kepercayaan bahwa nun jauh disana, di langit luas itu, masih bertebaran benda-benda langit lain yang belum tercatat pada peta astronomi. Dengan dimodali semacam kepercayaan pula maka para pakar ilmu membuat teropong bintang berdiameter 200 inci di
Palomar Garden, teropong 236 inci di Pengunungan Caucasus, bahkan teropong langit bercermin ganda 591 inci di Hawaii yang mampu mendobrak tirai langit lebih teliti lagi sehingga galaksi Andromeda berhasil dipetakan dengan mudah

Setelah dorongan kepercayaan yang begitu subjektif menjumpai ”ilmu hisab” bagi kecepatan orbit planet terhadap bintang, maka saat terjadinya gerhana telah bisa ditentukan beberapa puluh tahun sebelumnya oleh manusia bumi, karena manusia bumi sendiri percaya bahwa kecepatan orbit benda-benda angkasa itu tak akan berubah dalam waktu tertentu.

Namun, sialnya dengan adanya ketepatan hisab pada sains, maka para pakar ilmu percaya bahwa ilmu merupakan patokan kebenaran mutlak yang universal sehingga kebenaran Allah sebagai sebab pertama dari adanya ilmu seakan dikesampingkan menjadi nomor kesekian sambil mereka lupa bahwa Allah yang Mahakuasa itu dapat saja mengubah segala sesuatu secara tiba-tiba, yang akan menjelmakan kesimpulan lain dari tabiat alam semesta yang diubah-Nya. Kita tidak tahu, sudah berpa kali kedudukan poros bumi diubah Allah. Kita pun tak tahu, berapa juta galaksi yang telah diledakkan Allah di angkasa raya, yang mengubah tabiat rotasi, yang mengubah tabiat orbit, dari mulai orbit zarah yang paling kecil hingga orbit benda yang paling besar dimana kita sekadar zarahnya yang tak berarti.

Dalam bukunya,
Krisis Global Ilmu Pengetahuan, Dr. Hidayat Nataatmadja, yang merasa kecewa dengan gelar Ph.D.-nya yang dirasakan kurang berarti bagi pegangan hidupnya, dengan lugas mengatakan bahwa rsio yang kaprah digembar-gemborkan sebagai pedoman penunjuk arah itu Cuma omong kosong belaka. Sarjana jebolan Universitas Hawaii itu yakin bahwa yang pantas dijadikan pedoman hidup adalah kesadaran spiritual . Kesadaran spiritual yang bukan dalam ungkapan rasional, melainkan kesadaran spiritual yang berakar dalam dunia pengalaman dan rasa. Yang menjadi pedoman ialah rasa, motivasi spiritual, yang mendorong rasio menimbang atau menghitung alternatif-alternatif, dan memilih mana alternatif-alternatif itu yang paling baik. Bukan paling baik menurut rasio, melainkan paling baik menurut dunia rasa. Dan rasio sendiri sekedar salah satu alat timbang. Oleh sebab itu, jelaslah mengapa Bertrand Russel pernah mengatakan bahwa kretifita tidak mungkin diterangkan secara rasional. Dan awal keraguan yang dituding Descartes sebagai pembuka penalaran ilmiah pada dasarnya bermodalkan kepercayaan juga, dalam artian tidak ada kata ragu andai tidak dihantui rasa percaya. Jelas bahwa ilmu pengetahuan itu dimulai dari keyakinan. Mustahil para peneliti ilmu yang tidak meyakini sesuatu yang akan ditelitinya akan berhasil sehingga ia akan berupaya mencari sesuatu itu, sebagai contoh Madame Curie yang mengorbankan waktu tidurnya tatkala meneliti unsur Radium.

Manusia adalah makhluk yang doyan bertanya untuk meningkatkan nilai pengetahuannya. Namun ternyata tidak seluruh masalah yang dipertanyakan oleh manusia dapat dijawab secara memuaskan oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia sebab ilmu pengetahuan milik manusia hanya bagaikan setetes embun bila dibandingkan dengan ilmu yang belum terkuak di Arasy-Nya, yang andai seluruh air lautan dijadikan tinta buat menuliskannya, tak akan cukup guna menyelesaikan menuliskan ilmu-ilmu Allah itu, sesuai dengan Firman-Nya dalam Surah Al-Kahfi :109 yang artinya:

Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".

Manusia dilahirkan, tak ayal lagi ditugaskan Tuhan guna membangun, terus membangun, membangun ilmu dan agamanya, membangun prasarana dan sarana fisiknya. Manusia berhak melaksanakan kekhalifahannya dalam kadar iman dan ilmu yang dimilikinya, dan dengan takaran iman dan ilmu yang dimilikinya itu pantaslah manusia untuk merelisasikan rasa syukurnya, mengamalkan iman dan ilmunya itu demi mencapai ridho Allah semata, dalam artian bahwa ilmu yang dikendalikan oleh kelurusan beragama, akan menyehatkan penggunaan ilmu itu sendiri. Sebaliknya, ilmu yang tidak didukung oleh kesadaran spiritual bagaikan bayang-bayang yang tanpa sosok, bagaikan akibat yang lepas dari sebabnya. Malahan tampaknya tidak masuk akal.

Kamis, 23 September 2010

ANIMAL FACE DAN HUMAN FACE DALAM KEHIDUPAN MANUSIA BERAGAMA


Nicollo Machiavelli, mengemukakan bahwa makhluk berakal yang namanya manusia sebenarnya memiliki ‘muka rangkap’, yaitu wajah kemanusiaan dan wajah kebinatangan. Benner nggak yah ? cuman teringat sedikit teori waktu kuliah dulu
Mungkin maksudnya seperti ini , pada saat manusia sadar akan fitrah kemanusiaanya, maka tersorotlah human face yang menyinarkan makna hidup kemasyarakatan yang tentram dan berakal budi yang luhur.

Namun pada saat manusia ingkar dari fitrah kemanusiaannya, maka dominanlah animal face yang menyorotkan nafsu kebinatangan, nafsu angkara murka yang siap menyedot darah manusia, bagaikan vampire dalam film China yang mengintai korbannya di keheningan malam.

Saya teringat sewaktu maen layangan tiba-tiba benangnya putus, layang-layangnya akan terbang terseret kemana sang angin pergi, lantas berantakan sobek menghantam bebatuan yang lancip dan tajam, atau hancur lusuh bila jatuh di lumpu hitam. Mungkin seperti inilah orang-orang yang tak punya pegangan, pengecut yang tak kuasa membedakan yang hak dan yang bathil sebab nilai hak dan bathil dalam citra dirinya telah digalaukan oleh kebimbangan fatal lepas dari kendali kebenaran, lepas dari kendali kosmos beragama.

Mungkin salah satu ciri kalau manusia lepas dari kendali kosmos beragama adalah (ini menurut saya nih) manusia tersebut enggan berpikir tentang Tuhan, lebih-lebih lagi bertafakur dengan ciptaan-ciptaan-Nya. Andai demikian, maka runtuhlah kemanusiaan menjadi kebinatangan, yang tak perlu lagi mengekang nafsu, yang menghalalkan segala cara hidupnya demi melakonkan kebuasan pribadinya.

Ahmad Albar pernah mempopulerkan lagu ’Panggung Sandiwara’,

Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah...........

Manusia berada diatas panggung sandiwara, maka pastilah umumnya pandai bersandiwara. Tipe fisik manusia terkadang menipu tatapan kita seperti buah masak yang pahit rasanya. Tak jarang manusia yang sekilas penampilannya sopan santun, lemah lembut, simpatik, ternyata kalbunya dekil (dodol...........).

Tokoh gangster Al Capone, bila kita perhatikan sekilas sosok dan penampilannya, kita tak kan percaya bahwa ia adalah penjahat besar yang tak henti melawan hukum.

Manusia semacam Al Capone tersebut bertebaran di muka bumi yang semakin bergelimang dosa ini, termasuk di pucuk-pucuk pimpinan suatu lembaga / instansi bahkan suatu negara. Yang berkamuflase lewat petatah-petitih yang luhur sambil mereka sendiri tak mencontohkannya.

Kita semua berharap agar manusia semacam Al Capone ini sirnah dari negeri kita yang tercinta ini.

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (Q.S. Al-Anfaal : 22)

Manusia yang berwajah binatang dengan segala nafsunya, atau manusia yang sok berprikemanusiaan namun berjiwa binatang, melangkah dengan penuh ketamakan dan penuh loba. Meskipun menurut Dr. Frans Dahler : antara bintang dan manusia terdapat jurang yang tak terseberangi, paling tidak sejauh menyangkut jiwa manusia itu sendiri.

Namun karena Tuhan memberikan freedom of choice dalam ruang waktu uji kefanaan ini setelah sebelumnya memberikan tuntunan lurus dalam beragama, maka tidak otomatis manusia mesti lebih mulia dari pada binatang. Manusia yang tak berhasil lulus lewat ujian kefanaan bumi, tidak sedikit malah terjerumus ke tahapan yang jauh lebih hina dibanding binatang,. Oleh karena itu, tidak sepantasnya manusia terlampau menyombongkan tingkat fitran kemuliaannya, sebab tingkat kemuliaan itu mesti diperjuangkan terlebih dahulu, dalam arti bahwa kemulian manusia itu bukanlah sekedar hadiah ’gratis’ dari Sang Mahamulia Tuhan Semesta Alam.

Oleh karena itu, Sebagai muslim, marilah kita menatap masa depan dengan penuh optimisme dan keceriaan hidup, marilah kita kembali kepada kesadaran yang hakiki bahwa hidup di bumi ini hanyalah ’proses uji’ guna mencapai kebahagiaan yang lebih hakiki di kualitas ruang waktu yang baqa.

Agar lulus dalam proses uji ini, marilah bersama kita amalkan ajaran Islam secara utuh sebab hanya lewat keutuhan Islamlah (sebagai agama fitrah), nilai manusia yang sejati, akan terwedar mulia, yang akan memupus animal faca manusia maupun tabiat keserigalaam manusia dari permukaan planet Bumi yang amat indah ini.

Minggu, 12 Juli 2009

THE LESSONS FROM DEATH



Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Terkadang kita tidak menyadari bahwa hari-hari yang telah kita lewati justru semakin mendekatkan kita kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?

Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57)

Tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan.

Seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang dengan kematian; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan.

Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Sekalipun begitu sepantasnya kita selalu mengingat, bahwa tidak akan ada yang mampu menjamin seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, kita menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya kita tetapi terkadang kita tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian kita.

Ketika kematian datang menjemput, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini.

Dimulai saat kita menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, kita tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh kita yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, kita akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah kita akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah itu dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi kita. Tamat sudah cerita tentang kita. Mulai saat itu, kita hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan kita sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.

Sementara itu, keluarga dekat kita akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian kita. Di rumah, ruang dan tempat tidur kita akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik kita akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik kita akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas di kantor akan dibuang atau diarsipkan.

Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian kita. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang kita. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi kita yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah kita diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya dan tidak akan berpengaruh bagi kita.

Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah kita yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. sehingga seluruh tubuh kita menjadi kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.

Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, kita – atau lebih tepatnya, jiwa kita – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas kita berakhir. Sedangkan sisanya – berupa jasad kita – akan menjadi bagian dari tanah.

Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?

Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting.

Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu kita, seharusnya menyadarkan kita bahwa apa yang ada dalam diri kita bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan kata lain, kita harus menyadari bahwa ada eksistensi yang lain di luar tubuh kita.

Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental kita cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang kia tidak disukai atau ingini. Bahkan kita cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang kita hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang terkadang dapat mengingatkan kita akan kematian.

Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang orang lain alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.

Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya.

Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:

Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)

Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.

Bahan rujukan :harunyahya.com

Kamis, 09 Juli 2009

SURAT DARI SANG KHALIQ; SEBUAH PERINGATAN

Kemarin setelah pencontrengan, aku sempat mampir di Salon langganan saya, buat ngerapiin rambut yang sudah mulai gondrong, mumpung lagi cerah dan nggak ada antrian seperti biasanya.

Saat sedang dicukur, saya memperhatikan helaian rambut yang nyangkut di kain putih yang terikat di leher aku, dan ternyata ditengah rambut hitam itu ada beberapa helai rambut yang berwarna putih,
Mang,... rambut putih itu rambut aku yah?
(tanyaku setengah kaget pada Mang Udin yang tengah asyik menggunting rambut aku).
Ya..iyalah, emang rambut tetangga?
Yang dicukur khan kepala sampeyan,....(Jawab Mang Udin dengan logat Maduranya yang khas).

Tika adik Mang Udin yang tengah mempreteli rambut seorang Ibu yang usianya sedikit diatas usia saya hanya nyengir, sambil nyeletuk,

Bang Iwan udah ubanan yah?.
Iya nih Tik,...
kirain rambut Mang Udin yang jatoh,
ternyata rambut Abang,......
Bang Iwan udah tua yah Tik?

Tika senyum sambil menjawab : Tidak juga koq Bang,....

malah ada yang lebih muda ubannya lebih banyak, tuh si Jhon anak tukang bakso belakang rumah, usianya baru 21 tahun ubannya udah bejubel......

Beberapa saat kemudian kerjaan Mang Udin kelar merapikan rambut aku yang hampir bertepatan dengan kelarnya kerjaan Tika merapikan rambut Ibu yang disebelah aku.

Ketika aku permisi untuk pulang, tiba2 hujan deras,.... wah busyet dah, jadi telat blogwalking nih.

Aku memperhatikan Ibu yang dilayani oleh Tika tadi juga udah siap pulang, dan ternyata sangat ayu dengan mengenakan Jilbab dan tentunya hasil kerja dari Tika nggak keliatan.

Ibu mungkin menunggu jemputan yah? Aku mulai membuka pembicaraan.
Iya nih Bang,.....(Busyet dah , manggilnya Abang. Pasti ikut2an ama Tika nih)
Kenalin Bang,...... Saya Astuti, panggil aja Tuti. Dokter yang baru minggu kemaren tugas disini.
Oh yah,... Aku Iwan,... (sambil menyambut jabatan tangannya)

Dalam beberapa saat kemudian, kami berempat sudah terlibat dalam pembicaraan yang sangat akrab,..........
Oh yah, ..Saya denger tadi Bang Iwan ngomongin soal rambut uban yah ?,........

gini yah Bang......... dengerin.
Pada umumnya seiring dengan bertambahnya usia seseorang, warna rambut yang hitam akan berangsur-angsur berubah menjadi putih, yang biasa kita sebut “uban”. Kemunculan uban sangat erat kaitannya dengan pigmen (zat warna) rambut yang disebut dengan melanin.
Ada dua jenis melanin yaitu eumelanin yang berwarna hitam atau coklat tua, dan pheomelanin yang berwarna kuning kemerah-merahan. Dua zat warna ini dibuat oleh sejenis sel yang disebut melanocyte yang terletak di pangkal rambut dan di bagian dasar dari lapisan kulit terluar atau epidermis. Kata para ahli, produksi pigmen rambut dikontrol oleh gen, yang salah satunya bernama gen MC1R.

Kirain mIRC dok,....... aku menyela penjelasannya.
Wah bang Iwan ini,... dengerin dulu dong ,... kalo mIRC itu buat chating,......
Jangan dipotong dulu deh,.... Chatingnya entar belakangan.

Jadi, penyebab rambut bisa berubah warna dari hitam menjadi putih yaitu hilangnya zat pewarna (melanin) pada rambut. Sementara jika warna rambut belum putih benar artinya masih ada melanin pada rambut, tapi jumlanya sedikit. Selain faktor usia, banyak sedikitnya kandungan melanin pada rambut juga bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. Seperti mungkin yang Neng katakan tadi, (sambil menunjuk si Tika) .

Ada orang yang sudah beruban, padahal usianya masih 20 tahunan, dan sebaliknya ada orang yang sudah berusia 60 tahunan tapi rambutnya masih hitam legam, dalam kasus seperti ini, faktor genetiklah yang lebih banyak berperan.

Lalu, bagaimana proses hilangnya pigmen dari rambut seseorang dok..?
(aku nanya lagi deh biar kuliahnya agak panjang dikit)

Kalau yang itu sampai sekarang, para ahli masih belum punya jawaban yang benar-benar pasti soal ini. Yang jelas, ketika rambut mulai berubah warna, melanocyte (sebagai pabriknya zat warna) masih ada, tapi tidak aktif. Kemudian secara perlahan, jumlah melanocyte semakin berkurang hingga akhirnya tak ada lagi melanin yang diproduksi.
Namun Bang Iwan nggak perlu resah hanya karena tumbuhnya uban, itu alamiah koq Bang,...(Wadduh,..sampai pagi dikuliahin oleh Dosen ginian pasti tahan deh).

Dan perlu Bang Iwan ketahui, bahwa tumbuhnya uban juga merupakan sebuah pertanda ataupun orang tua kita biasa menyebutnya sebagai surat peringatan dari Sang Khaliq,......... Bersyukurlah masih ada peringatan seperti ini, karena hal ini dapat menjadi media introspeksi bagi kita semua, tentang pertambahan umur kita. Dan selanjutnya akan menjadi bahan perenungan tentang apa yang telah dan akan kita perbuat dalam mengisi saat-saat pertambahan uban kita sebelum menghadap kepada-Nya.

“Emang komplit bu dokter nih,... bisa beri kuliah plus ceramah agama pula”,
Aku nggak rugi deh, kenalan ama dokter, ... (aku menyela pembicaraannya)
Entar dulu bang,... belon selesai nih.....

Kalau dihubungkan dengan proses penciptaan manusia, Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan sangat sempurna. Mari perhatikan tubuh kita, mulai dari ujung rambut hingga ke ujung jari kaki, terdapat ribuan, bahkan jutaan bagian-bagian kecil dan rumit yang membentuk tubuh kita. Ketiadaan satu bagian saja dapat membuat tubuh kita menjadi tidak sempurna dan tidak berfungsi dengan baik.

Tampaknya ceramahnya tambah jauh nih,.... namun tiba2 sebuah mobil yang berlabel Puskesmas Keliling sudah membunyikan Klakson berhenti tepat di depan Salon.

Bu dokter Astuti,... menghentikan ceramahnya, Oh yah Bang,... Aku pamit dulu yah, kapan2 mampir di Puskesmas, tapi bukan dengan status Pasien loh,...melainkan teman diskusi.

Dokter Astuti,... setengah berlari keluar dan langsung naik ke mobil sambil melambaikan tangan kepada kami bertiga. Aku memandangi kepergian mobilnya sampai hilang dari penglihatanku dengan perasaan kagum....

Hujan bertambah deras, saya harus tinggal menunggu hujan reda,..... saya kembali merenungkan apa yang dijelaskan oleh Dokter Astuti tadi,..............

Ingat ama materi pembicaraannya atau dokternya nih Bang..?
(tiba-tiba Tika setengah teriak membuyarkan lamunan aku).

Aku nambahin aja,........ “Ingat dua2nya Tik”
“Awasloh Bang, entar gue bilangin mamanya anak2........”

Si Tika emang rada usil orangnya, tapi hatinya baik dan memberikan layanan yang sama pada semua pelanggannya, makanya .... langganan Salon Mang Udin jadi banyak.

Hujan mulai reda,... aku bergegas keluar sambil ijin ama Mang Udin dan Tika.
Makasih yah Mang,... Tik,... jalan2 kerumah.

Assalamu alaikum.

Siang ini, aku mendapatkan pembelajaran berharga. Saya teringat Firman Allah yang artinya. :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl, 16:78)

Subhanallah Walhamdulillah, Mahasuci Allah, Sang Mahasempurna.

Selasa, 30 Juni 2009

MANUSIA PENIPU DAN PENGKHIANAT YANG BERCITRA MUSAUWILAH

Malam khusuk menelan tahajjudku
Lidah halilintar menjilat batinku
Mentari dan cakrawala kenyataan hidup
Hanya padaMulah kekuasaan kekal

Ingatlah Allah yang menciptakan
Allah tempatku berpegang dan bertawakal
Allah maha tinggi dan maha esa
Allah maha lembut

Lindungilah dari ganas dan serakah
Lindungilah aku dari setan kehidupan
Berikan mentariMu sinar takwa
Ya ampunilah dosa

Gerhana matahari kuasaMu
Bumi langit manusia ciptaanMu
Hari kiamat ada di tanganMu
Aku bersujudAku rasa hidup tanpa jiwa
Orang yang miskin ataupun kaya
Sama ganasnya terhadap harta
Bagai binatang didalam rimba

Kini pikiranku kedodoran
Dilanda permainan yang brutal
Aku dengar denyut kesadaran
Tanganku capek mengetuk pintu

Sialan!
Sialan!

Jaman edan tanpa kewajaran
Gambar iklan jadi impian
Akal sehat malah dikeluhkan
Monyet sinting minta persenan
(WS.Rendra)

Hati yang masih tercitra oleh gelegak amarahnya manusia adalah hati yang gering, yang dalam keadaan demikian sang hati menjadi juragannya segenap kebodohan yang senantiasa cenderung memerintah kepada kejahatan atau kemaksiatan.
Para anggota badan di bawah perintah hati yang gering tidak segan-segan melaksanakan perbuatan yang palin tercela.

Andai mata, tak segan-segan ditatapkan kepada yang merangsang birahi ataupun yang jorok-jorok.
Andai telinga, tak segan-segan didengarkan pada suara-suara yang brengsek, ajakan-ajakan serong, atau fitnah-fitnah tengik.
Andai tangan, tak segan-segan digunakan untuk menyakiti sesama hidup, menggasak barang-barang orang lain yang bukan haknya, memfitnah lewat tulisan atau lukisan termasuk karya seni lainnya semacam membuat pahatan-pahatan yang mendatangkan khurafat.
Andai kaki, tak segan-segan dilangkahkan ke tempat maksiat.
Andai mulut, tak segan-segan digunakan untuk menipu, menggunjing, memfitnah, menjungkirbalikkan fakta, atau bahkan digunakan untuk mengunyah makanan haram.

Nafsu amarah telah mencitra hati manusia di antero bumi, pembunuhan sadis terhadap anak yang dilakukan oleh bapaknya atau sebaliknya, mutilasi terhadap isteri yang dilakukan oleh seorang suami bukan lagi merupakan berita yang langka.

Sosok manusia modern yang kalbunya telah dicitrai nafsu lauwamah yang mengombang-ambingkan kebaikan dan keburukan. Namun yang paling berbahaya yang dapat menjerumuskan, ialah nafsu musauwilah, yang selewat seakan manis, namun pada hakikatnya teramat pahit bak brotowali.

Nafsu musauwilah biasanya bersemayam dalam hati manusia-manusia pintar yang munafik sehingga kepintarannya hanya digunakan untuk menipu. Meneriakkan slogan-slogan manis untuk meninabobokkan rakyat, sehingga rakyat dengan mudahnya dapat tertipu. Berkoar-koar berjuang demi agama, padahal niatnya mengacak-acak agama secara infighter ; bermuluk-muluk membangun masjid, namun niatnya bukan karena Allah sehingga akalnya digunakan untuk mengakali sesama makhluk.

Sosok manusia bernafsu musauwilah semakin tampil di bumi yang semakin dekil ini, terkadang bertipe pemimpin yang semakin buncit berkat kepemimpinannya. Pemimpin semacam ini adalah sosok manusia yang suka menganjurkan hidup sederhana namun ia sendiri bermewah-mewah. Bahkan kurang puas, hak rakyat pun dibabat habis dengan alasan yang dibuat-buat. Agama hanya dipakai sebgai tempat persembunyian diri.

Pemimpin menipu rakyat, rakyat menipu pemimpin. Bahkan ulama yang seyogyanya menyadarkan penipu, malah ikutan menipu berkat nafsu musauwilah.

Maka andailah terjadi demikian, para setanpun beroraklah gembira.
Sorak-sorai yang mencemohkan ulama yang mengkhianati tugas sucinya, yang secara tak sadar tengah melangkah pasti ke keraknya neraka yang membara.

Naudzubillahi min dzaliq......


Rabu, 24 Juni 2009

TAUZIYAH : Diri Kita Tatkala Di Dalam Perut Ibunda

Kali ini kita akan memundurkan waktu sejenak dan melihat apa yang terjadi pada diri kita tatkala kita berada di dalam rahim ibunda kita. Sungguh begitu Agungnya Sang Ilahi membentuk, menjaga dan memelihara diri kita. Kasih Sayang-Nya meliputi seluruh alam semesta. Sungguh Engkau-lah TUHAN kami Yang Maha Pengasih.

Foto-foto di bawah ini memperlihatkan proses apa saja yang terjadi pada sang janin hingga pada akhirnya ia menjadi seorang manusia. Prosesnya dijelaskan secara bertahap dimulai dari minggu ke 8. Mari kita mulai perjalanan ini.

“Dengan menyebut nama TUHAN Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya.

Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”


Dimulai pada minggu ke 4-8:

Terjadi pembentukan awal embrio (manusia dini) yang sudah memiliki sistim vaskuler (peredaran darah). Jantung janin mulai berdetak, dan semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan.Pada fase ini pun sudah terbentuk kantung ketuban yang terdiri dari dua selaput tipis. Selaput ini berisi air ketuban tempat bayi terapung di dalam rahim. Air ketuban akan menjaga bayi dari cedera akibat benturan dari luar selama masa kehamilan.

Pada minggu ke 8-12:

Organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk. Bentuk kepalanya pun kini lebih besar dibandingkan dengan badannya, sehingga dapat menampung otak yang terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, h id ung, dan kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai dapat melakukan aktifitas seperti menendang dengan lembut.

Pada minggu ke 12-16:

Paru-parunya janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat membentuk ekspresi tertentu, dan di matanya mulai tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat memutar kepalanya dan membuka mulut. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna. Bahkan kakinya pun sudah tumbuh lebih panjang dari tangannya.

Pada minggu ke 16-20:

Hidung dan telinga tampak jelas, kulit merah, rambut mulai tumbuh, dan semua bagian sudah terbentuk lengkap. Pembuluh darah terlihat dengan jelas pada kulit janin yang tipis. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si kecil kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa mengisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya.

Pada minggu ke 20-24:

Pada saat ini, alat kelaminnya mulai terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan gerakan pernapasan. Pusat-pusat tulangnya pun mulai mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki waktu-waktu tertentu untuk tidur.

Berkat teknologi 3D Ecography, anda bisa melihat sang janin dengan jelas, bahkan ekspresi wajahnya

Pada minggu ke 24-28:

Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk. Di kulit kepala rambut mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Ia dapat mendengar sekarang, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat mengenali suara ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara


Pada minggu ke 28-32:

Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip akibat melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup. Si kecil kini sudah terbentuk dengan sempurna.

Pada minggu ke 36:

Sang bayi kerap berlatih bernafas, mengisap, dan menelan. Rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya telah menghilang dan badannya menjadi lebih bulat. Bayi yang dikandung oleh sebagaian wanita yang hamil untuk pertama kalinya akan mengalami penurunan, yaitu turunnya kepala ke rongga panggul (bayi sudah “turun”).

Pada minggu ke 38:

Kepalanya telah berada pada rongga panggul, siap untuk dilahirkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu persalinan sudah dekat. Kini, sang bayi seolah-olah “mempersiapkan diri” bagi kelahirannya ke dunia..

Pada minggu ke 40 [9 Bulan]:

Apa yang dulunya hanyalah sebuah sel, sekarang telah menjadi manusia. Dalam beberapa hari, plasenta akan mengambil alih dan memberi sinyal bahwa bayi telah siap untuk dilahirkan. Sang bayi masih t id ur dengan tenang di dalam rahim ibunya. Ia tidak mengetahui bahwa sesaat lagi ia akan meninggalkan “rumah”nya untuk melewati proses terbesar dalam kehidupannya yaitu KELAHIRAN! Walaupun proses ini menyakitkan bagi sang ibu dan sang bayi tetapi melalui hal inilah…

KEAJAIBAN KEHIDUPAN TERJADI!

Sumber : E-Mail seorang teman

Kamis, 04 Juni 2009

E-MAIL SEORANG SAHABAT ; MENCAPAI MA’RIFAT


Menghilangkan setiap pikiran jahat adalah konsep utama dalam kehidupan. Bila seseorang sudah dapat menguasai alam pikirannya, maka ia takkan pernah berbuat jahat dan selamanya berpijak pada norma kebenaran.

Dalam upaya meningkatkan integrasi diri, umumnya manusia selalu membawa pengalaman hidup batin pribadinya guna mencapai kesatuan dengan Gusti yang lazimnya disebut ’jumbuhing kawula Gusti’’. Proses ini dapat dijelaskan dengan cara olahraga, eling, introspeksi ataupun semedi. Menyatunya keutuhan pengalaman ini bisa terikat dalam kekuasaan yang disebut ad-insani seperti kekebalan atau penyembuhan penyakit.

Bila manusia itu sudah menyatu dengan kekuatan Ilahi maka ia ikut serta dalam kekuasaan yang Maha Agung. Penyatuan dengan Ilahi akan bermuara pada kekuatan manusia akan bertambah dengan mendapatkan keagungan dan sifat-sifat yang luhur.

Beberapa aliran kebatinan mendefenisikan tubuh manusia terdiri dari panca indera yang disebut ’tujuh saudara’. Empat dari tujuh itu adalah nafsu amarah, lawwamah, sufiah dan mutmainnah. Sedang yang tiga adalah pangaribawa, prabawa dan kemayan.

Nafsu amarah adalah sifat cepat marah, garang dan jahat. Nafsu lawwamah adalah curang, angkara murka, malas dan serakah. Nafsu sufiah menimbulkan cinta kasih dan keinginan. Dan nafsu mutmainnah bersifat suci, belas kasihan dan berhubungan dengan prikemanusiaan.

Sementara itu pangaribawa pikiran atau cipta, prabawa adalah nalar, sedangkan kemayan adalah pekerti atau akal budi.

Dari semua penjabaran tersebut, maka dapat didefenisikan manusia adalah suatu kekuasaan yang diberikan agar dipergunakan untuk memerintah atas saudara empat lainnya sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu Wata’ala.

Penggabungan tujuh saudara ini disebut ’Bayu Sejati’ yang dapat menciptakan kekuatan yang adikodrati sebelum mengetahui sebelum diberitahu (winarah), pengobatan, telepati dan lain sebagainya.

Semantara itu di dalam atau di luar alam manusia terdapat kekuatan-kekuatan yang tidak diketahui. Inilah gejala-gejala magis yang belum diketahui oleh manusia.

Hampir diseluruh jagat raya, selama berabad-abad timbul gerakan-gerakan yang bersifat kejiwaan, kepercayaan, kebatinan dan kerohanian dalam hal usaha-usaha untuk mengungkap masalah yang tersembunyi. Pada akhirnya muncul berbagai pandangan dan pikiran berkaitan dengan konsep manusia dengan jagat astralnya.

Kebatinan yang dapat diartikan sebagai kegaiban memang penug dengan hal-hal yang belum terjawab oleh nalar. Kondisi tersembunyi tersebut merupakan bagian dari kehidupan manusia. Karena hidup itu sendiri pada hakekatnya merupakan suatu misteri, sesuatu masalah yang tidak dapat dijelaskan dan diterangkan lewat akal pikiran manusia. Kendati demikian, banyak hal yang dulu dianggap tersembunyi kini terungkap lewat ilmu pengetahuan termasuk ilmu parapsikolog.

Sebagai suatu contoh, di dalam Al-Qur’an tertulis ayat yang mengatakan, bahwa manusia bisa ke planet lain. Saat itu orang meragukan kebenaran dari ayat tersebut, bahkan ada yang mencemohkan dan menganggap suatu yang mustahil dan tidak masuk akal, akan tetapi setelah terbukti bahwa para astronot bisa mendarat di bulan, barulah orang-orang tersebut mengagumi dan mengakui kebenaran Al-Qur’an.

Mengenai berbagai kondisi yang belum dapat diterjemahkan dengan nalar, konsep dan kejawen berusaha meningkatkan integrasi untuk mencapai jumbuhnya Kawula Gusti. Karena manusia yang sudah mencapai integritas dengan Allah akan mendapat kekuatan gaib yang adikodrati dan bisa melakukan hal-hal yang luar biasa. Persatuan manusia dengan Allah dalam artian yang utuh, juga dapat menyebabkan meningkatnya kekuatan fisik dan tidak mampu dikalahkan. Alasannya, karena daya-daya Ilahi ini tersalurkan pada manusia melalui perantara yang berupa malaikat, dan pada dasarnya merupakan kekuatan alam yang suatu saat bisa teraktualisasikan menjadi kekuatan luar biasa atas ijin dan bantuan Allah SWT. Karena perlu diresapi bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi digdaya, karena manusia ditakdirkan sebagai makhluk sempurna.

Dari E-Mail seorang Sahabat di Mesir.

Rabu, 20 Mei 2009

BANGKIT YANG SEBENARNYA

Pada peringatan hari Kebangkitan Nasional yang bertepatan dengan 20 Mei hari ini, marilah segenap Blogger mania bersama mencoba untuk mengolahragakan otak guna mencari file yang sudah di save dalam long memory pribadi masing-masing. Tentunya hal itu masih bertalian dengan perjalanan sejarah yang diawali dengan lahirnya gerakan nasionalis pertama yaitu Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928).

Dimulai dengan lahirnya gerakan nasionalis pertama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, seabad plus setahun yang lalu. Pergerakan nasional ini diprakarsai oleh Dokter Soetomo di Jakarta. Dengan dorongan dilahirkannya Boedi Oetomo ini, kemudian lahirlah Sarekat Islam, di tahun 1912, di bawah pimpinan Haji O.S. Tjokroaminoto bersama Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Dalam tahun 1912 itu lahir pula satu gerakan politik yang amat penting, yaitu Indische Partij yang dimpimpin oleh Douwes Dekker (Dr. Setiabudhi), R.M. Suwardi Suryaningrat dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Tahun 1913, partai ini dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda dan pemimpin-pemimpinnya ditangkapi dan kemudian dibuang dalam pengasingan.
Namun, terlepas dari hal tersebut diatas, kita tidak bisa pungkiri bahwa realita saat ini tidaklah demikian. Kita pribadi terkadang merasakan aroma ketidak pedulian masyarakat terhadap ruang sejarah publik yang seharusnya dapat dikeruk manfaatnya. Betapa tidak, coba saja tenggok tanggal 2 Mei kemarin yang bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Momentum ini hanya diperingati secara seremonial saja tanpa ada implementasi kritis yang terus berkesinambungan. Akibatnya nasib pendidikan di negeri kita yang tercinta ini masih memprihatinkan.
Kebangkitan bukanlah sekedar melek dari ngantuk, atau berdiri tegak dari duduk, melainkan motivasi apa gerangan yang menggelitik sehingga insan melek dari kantuknya sehingga ia tegak berdiri dari santainya yang berleha-leha.

Sulit dipungkiri ! Andailah dipikir panjang teriring jiwa tenang, manusia kini ternyata tengah dilanda kegelisahan yang amat parah, kegelisahan yang tidak Cuma disebabkan oleh satu hal, namun disebabkan oleh berbagai hal yang pada saat ini tengah mementaskan peranannya yang merisaukan.
Risau adalah pangkalnya segenap jikalau, dan andai jikalaunya terlampau membludak, maka hidup ini akan kehilangan arah, kehilangan makna, yang termasuk amal kreatifitasnya. Dan andai hidup terputus dari gerak kreatifitasnya, maka bersemaraklah mimpi-mimpi yang penuh dengan ‘berandai-andai’.
Manusia adalah jenis makhluk yang doyan berfikir, yang bahkan oleh Ibn Khaldun disanjungnya sebagai sumber segenap kesempurnaan dan puncak segala kemuliaan, andai dibandingkan dengan makhluk lainnya ciptaan Allah !. namun dengan segenap sanjungan yang disandangnya terukir senyum bangga, diam-diam makhluk yang namanya manusia itu….. semakin lama semakin gelisah saja tinggal di pemukiman fana ini. Ia gelisah menatap masa depannya. Ia gelisah menatap segenap bentuk perubahan culture, perubahan pitutur, bahkan perubahan umurnya sendiri yang semakin uzur.
Manusia dengan sandang sanjungnya gelisah terhadap segenap kemunduran dan kemajuan umat. Gelisah terhadap canggihnya teknologi yang semakin memukau, gelisah terhadap berbagai tantangan hidup yang semakin membingungkan dan membimbangkan sambil tak menyadari bahwa Tuhan tak membebani umat-Nya dengan takaran tantangan yang berlebihan. Atau dengan kata lain, pada hakekatnya manusia itu tidak dibebani beban orang lain sehingga, andai ia tak mampu bangkit, tak usahlah menyalahkan orang lain, lebih-lebih lagi menyalahkan Tuhannya sendiri ! dan iapun tak memikul dosa orang lain !
Manusia yang masih bercokol dalam wawasan jahiliyah yang sempit, yang parsial-simpek, akan sulit bangkit dalam arti sebenar-benarnya. Sebab, kebangkita yang sejati dimulai dari kebangkitan tata pikir yang lebih dewasa, yang tidak kekanak-kanakan, yang kokoh konstruktif, yang berencana matang.
Agama mencanangkan perubahan nasib lewat usaha dalam kelurusan niat. Dalam arti bahwa pluit dimulainya perjuangan hidup tak usahlah menanti dulu aba-aba yang munculnya dari langit. Memang itulah yang dikehendaki Sang Kreator : ’Tak kan berubah nasib suatu bangsa, kecuali bangsa itu yang merubahnya sendiri’. Ini menandakan bahwa Tuhan telah maha jujur terhadap kreasi-Nya sendiri, dalam hal ini kreasi yang berwujud makhluk berakal, yang diberi lahan berpikir, yang diberi lahan usaha.
Setelah sadar bahwa Tuhan bukanlah diktator, mengapa umat berpangku tangan saja menanti guyuran nasib? Mengapa umat tak mampu merombak sistem berpikir yang telah usang dan lapuk, yang tak sesuai lagi dengan tantangan yang semakin berkembang, yang tak seiring dengan mengembangnya daya pikir kekhalifahan insan, yang tak seiring dengan mengembangnya jagat raya itu sendiri?
Bangkit yang sebenar-benarnya bangkit bukanlah sekadar menghambur-hamburkan anjuran manis yang tanpa bekas. Merombak cara berpikir bukanlah merombak aqidah yang lempang sebab aqidah itu sendiri akan senantiasa terusung nilainya di dalam evolusi berpikir yang sehat dan jujur. Tuhan tak kan merelakan agama diusung oleh kesempitan pikir, sebab agama itu sendiri diturunkan pada manusia justru untuk menyelamatkan manusia dalam kesesatan pikiran.

Alangkah indahnya negeri yang semarak ilmu, semarak teknologi, yang ilmu dan teknologinya berguna bagi kesejahteraan ummat karena diimbas oleh nilai-nilai spiritual. Negeri demikian adalah negeri yang berilmuwan dan berteknolog penuh ketqwaan, yang tak takkabur berkat ilmu dan kecanggihan teknologinya, yang penuh syukur terhadap Tuhan yang Mahaluhur.

Dengan jiwa mutma’innah, semoga tidak teralami kembali kutukan terhadap negeri Saba, yang diporak-porandakan Tuhan disebabkan oleh para penghuninya yang pintar namun tak sudi syukur terhadap Gusti Allahnya.

Masa lampau merupakan pelajaran buat masa kini, musibah masa lampau tak usahlah terulang kembali. Marilah kita berjuang membangun kebenaran Allah tanpa didekili interes yang kusam, kita bangun negeri yang baldatun tayyibatun wa-Rabbun ghafur, negeri indah adil makmur dalam ampunan Allah !
Dengan berbekal seabrek pengalaman sejarah yang tidak hanya menginjak harga diri siapapun, sudah saatnya kita sebagai salah satu dari komponen masyarakat Indonesia mulai berbenah diri dan bersatu guna membangun negara kita agar jauh lebih baik lagi. Mari kita intropeksi diri secara totalitas sehingga kita mempunyai suatu kesadaran ruang, posisi, dan moral yang balance.
Namun hal lain yang perlu mendapatkan sentuhan lebih adalah masalah pendidikan. Bagaimanapun juga, indikasi yang paling dominan untuk menunjukkan suatu peradaban maju dari sebuah bangsa adalah ketika sektor pendidikannya berkualitas lebih.
Semoga momen kebangkitan nasional ini bukanlah sekadar slogan-slogan belaka, melainkan kebangkitan yang penuh daya kreatif, energik, yang mampu memberi arti pada kehidupan, yang mampu memupus segala kegelisahan kini, yang mampu menggelarkan fitrah kesucian dalam genangan Ridho Ilahi Rabbi.

Oleh karena marilah kita bersama-sama menjadi salah satu bagian dari orang-orang yang memiliki kesadaran ruang, posisi, dan moral yang tinggi, sehingga Indonesia benar-benar bangkit menjadi bangsa yang bersahaja, sentosa, adil berkemakmuran dan makmur berkeadilan. Amien!


Rabu, 13 Mei 2009

PUPUS HARU DI SAJADAH BIRU (2)

Ya Allah,....... Tuhan yang memegang jagad hening
Tuhan yang mencekal cinta kekal
Tak sia-sia Kau menunjuk Al-Amin menjadi Rasul akhir
Muhammad sang pengajak ruku’ dan sujud
Kendati Kau tan tertakar oleh benak yang kekar
Tak tertimbang oleh kalbu yang bimbang
Kau niscaya ada !
Wajah-wajah kami yang berekspresi tulus ini
Jangalah Kau tirai dari cahya indah-Mu
Sebab, tanpa cahya indah yang memancar dari keridhoan-Mu
Tawa kami menjadi semu
Tangis kami menjadi palsu
Kami tak kuasa menuduh-Mu
Tersusun dari zat-zat bikinan-Mu
Kami tak tega menuding-Mu
Terbuat dari bayangan angan-angan
Sebab Kau adalah Keniscayaan awal yang tak memiliki sebab.

Kau Asalnya segenap jarak
Awalnya segenap jengkal yang pandai memupus ruang
Yang pandai memupus runtunan waktu.
Oleh sebab itu, pupuskanlah kami tatkalasujud di sajadah biru-Mu
Yang menggelar dari ujung ke ujung ufuk
Yang menikar keimanan insan
Yang berbinar di selurus jalan benar

Allahu Akbar,......
Atas kekaguman yang begitu tinggi terhadap ciptaan-Mu itu
Maka tak pantas kiranya jika kami tak ruku’ dan sujud kepada-Mu
Selama siang dan malam, yang terornamen tasbih, tahmid dan takbir
Yang terukir indah di kesadaran semesta
Yang tak tertirai kedekilan jiwa ingkar
Ayat kauniyah-Mu tersirat agung di segenap bumi dan segenap langit
Tersirat dalam penciptaan pelangi indah yang melengkung
Yang menghujam segara-segara biru
Tersirat di halilintar yang membelah langit sore dan langit malam
Tersirat di lahar-lahar gunung yang membuat bumi bertambah subur

Allahu Akbar,.......
Nilai asih-Mu terhadap makhluk-Mu di bumi dan di langit
Tak kan terbalas oleh ruku’ dan sujud makhluk-Mu
Walaupun berkepanjangan tanpa henti
Ternyata dalam takaran ibadah kami yang tak memadai
Kau adalah Maha Pengasih yang tak pilih kasih
Kau adalah Maha Pengampun yang tak ternilai oleh jumlah-jumlah
Sebab kau adalah Sang Penilai yang Maha Tinggi terhadap segenap nilai
Oleh sebab itu, kuatkanlah kami , Ya Allah,....
Agar ibadah kami terhadap-Mu
Tidak sekadar menyombongkan jumlah-jumlah
Tetapi mewedarkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dalam ridho-Mu semata, dalam rangka merintis jalan ke kehidupan akhirat yang paling indah.

Amin,......!


Selasa, 12 Mei 2009

PUPUS HARU DI SAJADAH BIRU

Aku tersentak ditengah kebisuan malam
Jam sudah menunjukkan 02.15
Kuberanjak mengambil air Wudhu
Setelah shalat kulantunkan Do'a




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Blogger Templates