Film Hantu Goyang Kerawang
Bukan kali pertama tema film Indonesia menjiplak film manca. Kali ini, film hororArwah Goyang Kerawang yang disutradarai Helfi Kardit dan diproduseri Gobind Punjabi, serta berangkat dari skenario Anggoro dan Team Bintang Timur itu, sebagaimana dinilai pemerhati film Yan Widjaja ceritanya seperti memindahkan film Ploy. Sebuah film horor produksi Thailand, buatan tahun 2007 yang ditulis dan disutradarai Pen-Ek Ratanaruang. FilmPloy yang juga mengumbar sensualitas, namun tetap mengutamakan estetika itu, mendapat anugerah Directors' Fortnight pada ajang Cannes Film Festival 2007.
Bagaimana dengan film Arwah Goyang Kerawang yang dimainkan oleh Julia Perez, Dewi Perssik, Erlando, Ajeng Kraton, dan beberapa nama lainnya itu? Jika dalam film aslinya yang juga mendapat apresiasi dari Bangkok International Film Festival, apakah dalam versi Indonesianya, kelak akan mendapat sambutan dari berbagai festival film?
Nanti dulu. Dalam film yang hari ini, Kamis (10/2) dirilis dengan unsur pembangun sebuah film yang utuh, terbangun dengan sangat timpang. Gambar atau sinematografi, sebagaimana dikatakan Yan seusai previewperdana film itu di Jakarta, kemarin, disajikan dengan memprihatinkan. Selain gambarnya buram, atau tidak benderang. Cara meletakkan kamera, untuk menciptakan sudut pandang yang baik, tidak terlihat di film ini. Sedangkan ilustrasi musiknya, yang seharusnya mampu membangun suasana, malah dikacaukan dengan keberadaan musik brisik yang datang, dan pergi dengan seenaknya.
Sensualitas dan Popularitas
Ceritanya? Setali tiga uang. Tidak bermaksud menista film yang berkisah tentang perjalanan hidup dua penari jaipong pada kelompok Goyang Kerawang, yaitu Lilis (Julia Perez), dan Neneng (Dewi Persik) yang berebut menjadi yang terbaik. Tapi cara penyajiannya berkelindan tidak karuan. Neneng yang merasa senior, merasa tersisih dengan kehadiran Lilis yang juwita. Meski keduanya sama-sama berbadan sentosa.
Drama persaingan untuk menjadi yang terbaik dalam dunia jaipong itulah yang disajikan di film ini. Dengan bumbu kehadiran hantu kembaran Lilis, yang menuntut balas kepada siapapun yang menyakiti Lilis. Sebelum akhirnya, lewat kehadiran suami Lilis, yaitu Aji, terbongkar jika hantu yang selama ini meneror mereka, jelma akibat buah perbuatan Lilis sendiri.
Apa yang dijual di film ini? Akting Jupe dan Depe? Ah, menyedihkan melihat mereka berdua dengan dandanan sangat seronoknya. Dengan selalu memperlihatkan aurat sesukanya. Tanpa disadari keduanya, sebagaimana dikatakan pemerhati film lainnya Ipik Tanoyo, sensualitas dan popularitas keduanya hanya dimanfaatkan produser untuk menarik penonton mendatangi gedung bioskop.
Caranya, dengan mengadu mereka untuk bertengkar secara nyata dalam sebuah adegan, kemudian mengumumkannya kepada kalayak ramai. Bahwa pertengkaran mereka, yang sampai sekarang masih dalam proses di Kepolisian itu, benar dan nyata, alias tanpa rekayasa adanya. Dengan demikian menjadi promosi terselubung kepada publik, untuk kemudian diharapkan mendatangi pemutaran filmnya.
Apakah publik akan sebodoh itu untuk mengapresiasi film ini? Kita lihat saja. Meski Yan memprediksi, penonton film Hantu Goyang Kerawang sangat memungkinkan menembus angka 400.000 orang, menilik sudah terlalu santernya pemberitaan tentang perseteruan Jupe dan Depe, yang masih saja saling menudingkan tangan ke muka masing-masing.
Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2011/02/10/2974/Menjiplak-Film-Thailand
Tidak ada komentar:
Posting Komentar